naskahdrama ini menarik untuk dianalisis karena adegan-adegan dan dialog-dialog yang ditampilkan sangat dekat dengan realitas. dan Pancatantra yang di dalam sastra Melayu dikenal dengan judul Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sang Boma, dan Hikayat diperlukan bahasa yang indah, kalimat yang singkat, tepat dan dalam
CINTA KU KANDAS SETELAH KETOPRAK By X MIA 1 2013/2014 SEPTIANA PANGANGGIT Narrator Di sebuah negeri Kepulauan, hiduplah keluarga Barata. Yakni para pandawa dan kurawa. Pagi ini para pandawa akan berangkat ke sekolah. Mereka bersekolah di salah satu sekolah internasional di Jakarta. ADEGAN I Di rumah. Saat akan berangkat sekolah. 1. Eyang kunthi … kunthi ! eyang masuk 2. Kunthi Dalem… kawula eyang datang tergopoh gopoh. 3. Eyang Panggilkan putra putra mu. 4. Kunthi Inggih Eyang. Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa muncul satu per satu masuk di damping kunti. 5. Yudhistiranarrator kawula eyang. 6. Bima narrator kawula eyang. 7. Arjuna narrator kawula eyang. 8. Nakula narrator kawula eyang. 9. Sadewa narrator kawula eyang. 10. Kunti Ini mereka Eyang. 11. Yudhistira Kawula wonten mriki eyang. 12. Eyang kalian sudah siap ? 13. Yudhistira sampun eyang, bukan kah begitu adik adik ku ? Menjawab dengan serentak iya, eyang 14. Eyang kalau begitu berangkatlah. Nanging dieleng eleng kowe kabeh ora keno ninggalake kabudayan jawa, sebab budaya iku luhuring bangsa. Wis kono sing ati ati 15. Yudhistira inggih, Pangestunipun eyang. Kawula pamit bu. memandang wajah kunthi Menyalami tangan eyang dan kunthi Setelah pandawa pergi. 16. Eyang Kunti, Antarkan aku ke kamar. 17. Kunthi baik eyang. ADEGAN II Di sekolahan, di halaman sekolah, pada saat istirahat. Narrator merekapun sampai di sekolah. sambil berjalan, berhenti sebentar 18. Bima sekolah ini selalu saja membuat ku ingin makan.. hemmm. menjilat bibir 19. Nakula kau ini kak bima, makanan saja yang selalu kau pikirkan. 20. Yudhistira kita disini bukan untuk makan Bima, kita disini untuk mencari ilmu, ingat pesan ibu. 21. Sadewa bukan kak Bima namanya jika tidak mencari makan, bukankah begitu kak arjuna menyikut arjuna Arjuna tidak menjawab 22. Sadewa hei kak arjun. 23. Arjuna Iya benar itu. memperhatikan seorang gadis 24. Bima hei nakula, sekarang antar aku ke kantin, ayo cepat menyeret nakula 25. Yudhistira kalau begitu aku pergi ke perpus. Ada yang mau ikut ? 26. Sadewa tidak kak, kau pergi sendiri saja ya. tersenyum kecil Yudhistira pergi, tiba tiba Karna datang, dan mengagetkan mereka berdua. 27. Karna Door… hayo lagi ngapain kamu jun ? 28. Sadewa oh, hai karna. biasa kak arjuna sedang memperhatikan sinta. 29. Arjuna kalian jangan merusak suasana dong. 30. Karna kalian sudah tau belum ? 31. Arjuna apa ? 32. Karna akan ada Festival Culture of Indonesian. Kalian mau ikut ngk, sekolah akan mengadakan seleksi siapa yang akan mewakili sekolah kita dalam ajang pementasan seni terbesar se-ASIA itu. Kalian tertarik, ha ?? 33. Sadewa lebih baik kita bawa kakak ku ini masuk kelas dulu. Pikirkan itu nanti. menyeret sadewa Mereka pergi menuju kelas. ADEGAN III Dirumah di ruang tamu Narrator Mereka melewati sekolah hari itu seperti biasanya. Sesampainya di rumah, para pandawa langsung mendapatkan pertanyaan dari eyangnya. 34. Eyang Yudhistira… masuk dan memanggil 35. Yudhistira inggih eyang. 36. Eyang apa yang kalian sudah menyiapkan diri untuk mengikuti seleksi yang diadakan sekolah. 37. Yudhistira belum eyang. 38. Duryudana aku rasa para Pandawa tidak akan mengikuti seleksi itu, mereka sudah cukup tau diri bahwa mereka tidak akan bisa mengalahkan para kurawa. tiba tiba menyahut 39. Bima jaga bicaramu Duryudana. datang tiba tiba 40. Eyang hentikan ! Eyang tidak mau tahu pokoknya kalian semua harus mengikuti sekesi itu, bagaimana bisa cucu cucu pemiliki yayasan tidak ikut berpartisipasi. Sekarang kalian boleh pergi ke kamar kalian. Narrator Para pandawapun, pergi menuju kamarnya. Lalu mereka berpikir, tentang apa yang akan mereka tampilkan pada saat seleksi yang diadakan sekolah mereka. Di kamar para Pandawa 41. Sadewa bagaimana ini kakak Yudhistira. Apa yang akan kita tampilkan, jika kita kalah dari Kurawa tentu akan mempermalukan ibu. Kita bahkan belum mempersiapkan apa apa. 42. Yudhistira adik adik ku kira kira apa yang harus kita tampilkan dalam seleksi yang diadakan sekolah ? 43. Arjuna bagaimana kalo ketoprak ? menjawab tanpa melihat 44. Nakula kak arjun yang benar saja. Ketoprak itu sudah tidak pernah ditampilkan, lagi pula siapa yang akan mau menjadi pemain wanitanya. 45. Arjuna justru karena tidak pernah ada yang menampilkan kita yang menampilkan, masalah pemain wanitanya, kita ajak saja sinta, dia kan pencinta budaya, dan aku yakin dia tidak tau tentang ketoprak, pasti dia akan sangat tertarik. Bagaimana ? 46. Bima haha, ide bagus itu Arjuna, tumben. Ada untungnya juga dia selalu melamunkan sinta. Ya sudah ayo kita tidur semuanya. meninggalkan arjuna 47. Arjuna Pergiwa oh Pergiwa…. menyanyi lagu….saben wayah lingsir wengi, mripat iki ora bisa turu, tansah kelingan sliramu…. *Lagu bisa diganti yang lebih sesuai ADEGAN IV Di ruang kelas. Pada saat pandawa memasuki ruang kelas. Narrator Kesokan harinya pada saat di ruang kelas, duryudana tenyata datang lebih awal daripada para pandawa. Duryudhanapun mencaci para pandawa. 48. Duryudhana aku ingatkan, kalian tidak akan menang melawan kami, jadi sebaiknya kalian tidak usah mengikuti seleksi itu, kakak tertua tersayang. 49. Dursasana benar itu ! kalian tidak akan menang mengalahkan 100 kurawa. Jadi lebih baik mudur saja. 50. Bima Dursasana ! 51. Yudhistira sudah bima, sekarang kita duduk. Bel berbunyi, seorang guru Bu Resi masuk… 52. Bu Resi selamat pagi anak anak. 53. Anak anak selamat pagi bu…. serentak 54. Bu Resi pelajaran sastra kali ini akan membahas tentang mencintai budaya nusantara’. Budaya merupakan identitas sebuah bangsa, yang harus kita jaga, kita junjung, dan kita lestrikan. Nah, untuk meningkatkan rasa cinta kalian terhadap budaya nusantara, dan berhubungan dengan akan diadakannya Festival culture of Indonesia. Ibu ingin kalian membentuk sebuah kelompok, dan menampilkan apa saja yang berhubungan dengan budaya Indonesia. Nama nama yang ibu sebut silahkan mengelompok. Kalian mengerti ? 55. Anak anak mengerti bu. Serentak 56. Bu Resi Kelompok pertama, dewi, ratna, jaya, aryo, raka, nita, ratih, yoga. Kelompok kedua, duryudana, Dursasana, durjaya, durmasama, durgemo, banowati, padhita, sangkuni. Kelompok ketiga, Yudhistira, bima, arjuna, nakula, sadewa, sinta, syifa, dan prajna. Nah ibu harap minggu depan kalian sudah siap. Bel berbunyi silahkan kalian istirahat, sekian dari bu. Selamat siang. 57. Anak anak selamat siang bu… 58. Duryudhana bahkan untuk sekedar untuk tugas sekolah, kau tak akan bisa mengalahkan kami. 59. Bima Kau !!! seakan akan memukul wajah Duyudhana 60. Yudhistira Sudah cukup Bima, jangan ladeni mereka. 61. Dursanana bilang saja takut. 62. Durjaya Your are Nothing. Para kurawa pergi. 63. Nakula kakak, bukankah ini sebuah keberuntungan, kita tidak perlu susah susah membujuk sinta, karena dia anggota kelompok kita, dan kita bisa mewakili sekolah dalam Festival Culture of Indonesia, yang sekaligus mengalahkan para kurawa. 64. Sadewa benar itu kakak apa yang dikatakan nakula. 65. Bima tumben otak mu, jalan. Sekarang kau antar aku ke kantin. menyeret nakula pergiwa dan kawan kawan datang. 66. pergiwa hai… aku satu kelompok dengan kalian kan ? 67. Arjuna Iya sini sini senang 68. Sadewa kakak, aku ke kantin juga ya… 69. Yudhistira kau ikut aku ke perpus cari refrensi. Menarik sadewa. 70. Prajna Sinta, aku dan syifa ke toilet dulu ya. mereka pergi 71. pergiwa iya jangan lama lama ya… Suasana hening, arjuna bertatapan dengan sinta 72. pergiwa jadi, agak lama apa yang akan kita tampilkan ? 73. Arjuna ketoprak. Spontan, datar 74. Sinta ketoprak ??! bukankah itu makanan ?!! kaget, bingung 75. Arjuna bukan, bukan ketoprak makanan sinta. Ketoprak yang aku maksud itu kesenian tradisional asli Indonesia yang mirip dengan teater, kesenian ini memang sudah cukup tergerus jaman. Pertunjukan ini di isi dengan dialog dialog yang akan membawa penonton merasakan atmosfir “dunia jawa”, pada zaman kekuasaan para raja raja di jawa. Bagaimana ? menarik bukan ?? penuh dengan semangat berapi api yang sedikit lebay dan penuh penghayatan 76. pergiwa wah begitu ? aku baru tau, kalau begitu ayo kita kasih tau yang lain. dengan semangat, meninggalkan arjuna, diikuti denga arjuna mengejar pergiwa ADEGAN V Di kamar pandawa. Malam hari. Arjuna Nampak galau. Narrator Akhirnya para pandawa dan teman teman sinta sepakat untuk menampilkan ketoprak, untuk tugas sastra mereka. Arjunapun semakin senang, karena bisa satu kelompok dengan sinta. arjuna masuk “cantiknya dia….” 77. Sadewa kak lagi lagi kau melamunkan gadis itu ? tiba tiba datang 78. Arjuna Hari ini untuk pertama kalinya aku bicara panjang lebar dengan dia. 79. Yudhistira jangan terpesona dengan kecantikan jasman, lihatlah kecantikan dari dalam dirinya. datang membawa buku duduk 80. Bima benar itu arjuna… jangan kau butakan dirimu dengan cinta buta. datang membawa makanan duduk disamping arjuna 81. Nakula cie yang lagi kasmaran…mendampingi bima Arjuna lantas menyanyi lagu campursari kasmaran.*lagu bisa diganti yang lebih sesuai ADEGAN VI Di ruang kelas. Saat pelajaran. Narrator Keesokan harinya, Bu Resi guru sastra menanyakan tentang persiapakan siswa siswinya mengenai tugas yang ia berikan. 82. Bu Resi bagaimana anak anak apakah kalian sudah siap dengan apa yang akan kalian tampilkan ? 83. Anak anak sudah bu serentak 84. Bu Resi Tapi anak anak sebelum kalian tampil adakah yang akan menampilkan kebudayaan tradisional? 85. pergiwa kelompok saya bu. 86. Bu Resi iya Sinta, apa yang kelompok mu tampilkan ? 87. pergiwa Ketoprak, bu. 88. Bu Resi wah bagus itu. Tapi kenapa kamu pilih kesenian itu sinta ? 89. Duryudana karena ceritanya sangat kuno bu, sama seperti mereka yang juga kuno. tertawa, terbahak bahak 90. Anak anak tertawa terbahak bahak bersamaan. 91. Bima Kau !!!!!!!!!! nada keras tinggi 92. Yudhistira Sudah cukup Bima. tidak kalah tinggi. Harus ku beritahu berapa kali agar kau tidak meladeni orang seperti dia. 93. Bu Resi sudah cukup anak anak !! Ketoprak itu tidak kuno. Ketoprak merupakan sebuah kesenian drama tadisional yang sudah mulai tergerus keberadaaannya oleh zaman. Budaya tradisional itu jangan ditertawakan, melainkan harus dicintai dan dilestarikan. Tapi, jika boleh tau kenapa kalian memilih menampilkan ketoprak ? melihat ke arah Yudhistira 94. Yudhistira Karena, ketoprak adalah salah satu seni pertunjukan teater yang sederhana, yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur, lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi bunyiannya. Walau sederhana ketoprak merupakan salah satu media tradisional yang mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, fleksibel, dan juga menggunakan komunikasi dua arah. Yang dapat dengan mudah dinikmati oleh masyarakat. Selain itu kita ingin agar para generasi muda mampu mencintai dan melestarikan budaya Indonesia. Bukankah begitu bu ? tersenyum penuh arti 95. Bu Resi excellent. Jawaban tanpa cela. Disaat yang bersamaan kepala sekolah sudah berdiri di belakan kelas, dengan tiba tiba berbicara. 96. Kepsek jawaban yang tidak perlu diragukan lagi. Sepertinya kita sudah menemukan salah satu kesenian apa yang akan kita tampilkan dalam Festival culture of Indonesia. Bukankah begitu bu Resi ? 97. Bu Resi oh, iya, tentu, ibu kepala sekolah. 98. Kepsek Saya pastikan kalian menjadi salah satu yang akan mewakili sekolah kita dalam Festival culture of Indonesia. Selamat. Kalau begitu Saya permisi bu pergi 99. Bu Resi Silahkan bu… bel berbunyi. Baiklah anak anak kita istirahat dulu. melihat ke Yudhistira selamat Yudhistira. 100. Yudhistira iya bu, terimakasih. Anak anak keluar untuk istirahat. Moderator Akhirnya pandawa terpilih menjadi salah satu kelompok yang mewakili sekolahnya dalam Festival culture of Indonesia. Dalam festival itu mereka juga berhasil meraih juara pertama, sebagai budaya nasional yang mempesona. Namun setetlah pementasan ketoprak selesai, sejak saat itu pergiwa tak pernah terlihat lagi. Entah kemana ia pergi. Para pandawapun dapat bersantai karena telah berhasil mengalahkan para kurawa. ADEGAN VII Saat di rumah. Saat di kamar Pandawa. 101. Yudhistira Bukankah menyenangkan mencintai dan melesatarikan budaya nusantara, adik adik ku ? 102. Nakula tentu kakak Yudhistira. Bukankah begitu kakak Bima ? menoleh pada bima 103. Bima ya aku setuju dengan jawabanmu. Sekarang kau antar aku ke dapur mencari makan. Oke. 104. Nakula oke kakak, bima. Bima dan nakula pergi Yudhistira beranjak pergi 105. Sadewa Kau mau ket toko buku kak ? 106. Yudhistira kau mau menemaniku ? 107. Sadewa daripada menemani orang galau. Ayo kak kita pergi. 108. Yudhistira Kami pergi dulu arjuna, kau mau ikut ? 109. Arjuna tidak. Sanalah, kalian pergi. bergumam Ah cinta ku kandas setelah ketoprak. murung Arjuna menyanyi alun alun nganjuk, *lagu bisa diganti yang lebih sesuai ~SELESAI~ DRAMATIC PERSONAL 1. ARJUNA L AFTON AGATA 2. YUDHISTIRA L FARID WAHYU KURNIAWAN 3. BIMA L HENDAWAN FITRI ADI 4. NAKULA L IQBAL RIZKI KURNIAWAN 5. SADEWAL MUH. LUTFI KUSNAWAN 6. BU RESI P LUTFI ALFUN LALEY 7. DURYUDHANA L PILATUS EDITYA 8. PERGIWA P ADINI KUSUSMA DEWI 9. KARNA L M. IQBLA IMDADURROHMAN 10. DURSASANA L LALANG PRAMUDITYA 11. EYANG L AGASTYA RAHARDYAN PUTRA 12. KUNTHI P NUR ANNIDA RAHMAH 13. KEP. SEKP BENING LARASATI 14. PRAJNA P KARTIKA WIDHI DWI N 15. DURJAYA L DANI NUR HENDRAYANTO *Narator P IRMA OKTAVIANINGSIH
Secaragaris besar temuan penelitian ini terdiri atas tiga temuan: (1) judul-judul naskah drama yang diulas dalam majalah Tempo pada 2001—2005; (2) kelompok-kelompok teater yang banyak berkecimpung dalam pementasan teater Indonesia sebagaimana diulas dalam majalah Tempo pada 2001—2005; (3) mendeskripsikan peta lokasi pementasan teater di
PANDAWA 1 Puntadewa / Samiaji /Yudhistira / DharmaputraBy Wayang in Tokoh MahabarataRaden Puntadewa adalah putra sulung dari Prabu Pandudewanata dan Dewi Kuntinalibrata. Sesungguhnya Puntadewa merupakan putra kedua dari Dewi Kuntinalibrata. Akibat Ajian Adityaredhaya ajaran Resi Druwasa, Kunti sempat hamil, sesaat sebelum terjadinya sayembara pilih. Lalu putranya yang di keluarkan dari telingga yang dinamai Karna dibuang dan kemudian diasuh oleh seorang sais kereta bernama resmi memang Puntadewa adalah putra Prabu Pandu dan Dewi Kunti namun sesungguhnya ia adalah putra Dewi Kunti dan Batara Darma, dewa keadilan. Hal tersebut diakibatkan oleh kutukan yang diucapkan oleh Resi Kimindama yang dibunuh Pandu saat bercinta dalam wujud kijang. Tapi akibat dari ajian Adityaredhaya, Dewi Kunti dan Prabu Pandu masih dapat memiliki keturunan untuk menghasilkan penerus takhta kerajaan. Puntadewa bersaudarakan empat orang, dua saudara seibu dan 2 saudara berlainan ibu. Mereka adalah Bima atau Werkudara, Arjuna atau Janaka, Nakula atau Pinten, dan Sadewa atau Tangsen. Puntadewa memiliki dasanama nama-nama lain yaitu Raden Dwijakangka sebagai nama samaran saat menjadi buangan selama 13 tahung di kerajaan Wirata, Raden Darmaputra karena merupakan putra dari Batara Darma, Darmakusuma, Darmawangsa, Darmaraja, Gunatalikrama, Sang Ajatasatru, Kantakapura, Yudistira, dan Sami Aji, julukan dari Prabu Puntadewa memiliki watak sadu suci, ambeg brahmana, suka mengalah, tenang, sabar, cinta perdamaian, tidak suka marah meskipun hargadirinya diinjak-injak dan disakiti hatinya. Oleh para dalang ia digolongkan dalam tokoh berdarah putih dalam pewayangan bersama Begawan Bagaspati, Antasena dan Resi Subali sebagai perlambang kesucian hati dan dapat membunuh nafsu-nafsu buruknya. Konon, Puntadewa dilahirkan melelui ubun-ubun Dewi Kunti. Sejak kecil para putra putra Pandu selalu ada dalam kesulitan. Mereka selalu bermusuhan dengan saudara sepupu mereka, Kurawa, yang didalangi oleh paman dari para Kurawa yang juga merupakan patih dari Kerajaan Astinapura, Patih Harya Sengkuni. Meskipun Pandawa memiliki hak atas kerajaan Astinapura, namun karena saat Prabu Pandu meninggal usia pandawa masih sangat muda maka kerajaan dititipkan pada kakaknya, Adipati Destarastra dengan disaksikan oleh tetua-tetua kerajaan seperti, Dang Hyang Dorna, Patih Sengkuni, Resi Bisma, Begawan Abiyasa, dan Yamawidura dengan perjanjian tertulis agar kerajaan Astina diserahkan kepada Pandawa setelah dewasa, dan Destarastra mendapatkan separuh dari wilayah Astina. Namun atas hasutan Patih Sengkuni maka kemudian Kurawalah yang menduduki takhta kerajaan. Segala cara dihalalkan untuk menyingkirkan pandawa, dimulai dengan Pandawa Timbang lih. Bima, Bale Sigala-gala, Pandawa Dadu sampai pada perang besar Baratayuda Jayabinangun. Meskipun Puntadewa adalah manusia berbudi luhur namun ia memiliki kebiasaan buruk yaitu suka kebiasaan buruk dari Puntadewa ini menyebabkan para Pandawa berada dalam kesulitan besar. Hal tersebut dikisahkan sebagai berikut Saat terjadi konflik antara Pandawa dan Kurawa tentang perebutan kekuasaan Kerajaan Astinapura, Kurawa yang didalangi oleh Sengkuni menantang Pandawa untuk main judi dadu. Pada permainan tersebut, para Pandawa mulanya hanya bertaruh uang, namun lama kelamaan, Puntadewa mempertaruhkan kerajaan, istri, dan pada akhirnya pandawa sendiri sudah menjadi hak milik kurawa Sebelumnya Puntadewa bersama adik-adiknya berhasil mendirikan kerajaan yang berasal dari Hutan Mertani, sebuah hutan angker yang ditempati oleh raja jin yang bernama Prabu Yudistira dan adik-adiknya. Saat Pandawa beranjak dewasa, mereka selalu dimusuhi oleh para Kurawa, akibatnya para tetua Astinapura turun tangan dan memberi solusi dengan menghadiahi Pandawa sebuah hutan angker bernama Wanamarta untuk mengindari perang saudara memperebutkan takhta Astinapura. Setelah itu, hutan yang tadinya terkenal angker, berubah menjadi kerajaan yang megah, dan Prabu Yudistira serta putrinya, Dewi Ratri atau para dalang juga sering menyebutnya Dewi Kuntulwilanten menyatu di dalam tubuh Puntadewa yang berdarah putih. Sejak saat itu pulalah Puntadewa bernama Yudistira. Sebelumnya, setelah Pandawa berhasil lolos dari peristiwa Bale Sigala-gala, dimana mereka dijebak disuatu purocana semacam istana dari kayu dengan alasan Kurawa akan menyerahkan setengah dari Astina, namun ternyata hal tersebut hanyalah tipu muslihat kurawa yang membuat para Pandawa mabuk dan tertidur, sehingga pada malamnya mereka dapat leluasa membakar pesanggrahan Pandawa. Bima yang menyadari hal itu dengan cepat membawa saudara-saudara dan ibunya lari menuju terowngan yang diiringi oleh garangan putih sampai pada Kayangan Saptapertala, tempat Sang Hyang Antaboga, dari sana Pandawa lalu melanjutkan perjalanan ke Pancala, dimana sedang diadakan sayembara adu jago memperebutkan Dewi Drupadi. Barang siapa berhasil mengalahkan Gandamana, akan berhak atas Dewi Drupadi, dan yang berhasil dalam sayembara tersebut adalah Bima. Bima lalu menyerahkan Dewi Drupadi untuk diperisri kakaknya. Sumber yang lain menyebutkan bahwa setelah mengalahkan Gandamana Pandawa masih harus membunuh naga yang tinggal di bawah pohon beringin. Kemudian Arjunalah yang dengan panahnya berhasil membunuh naga tersebut. Dari Dewi Drupadi Puntadewa memilki seorang putra yang diberi nama masa buangan tersebut ada sebuah kisah yang menggambarkan kebijaksanaan dari Raden Puntadewa. Pada suatu hari Puntadewa memerintahkan Sadewa untuk mengambil air di sungai. Setelah menunggu lama, Sadewa tidak kunjung datang, lalu diutuslah Nakula, hal yang sama kembali terjadi, Nakula pun tak kembali. Lalu Arjuna dan akhirnya Bima. Semuanya tak ada yang kembali. Akhirnya menyusulah Puntadewa. Sesampainya di telaga ia melihat ada raksasa besar dan juga adik-adiknya yang mati di tepi telaga. Sang Raksasa kemudian berkata pada Puntadewa bahwa barang siapa mau meminum air dari telaga tersebut harus sanggup menjawab teka-tekinya. Pertanyaannya adalah apakah yang saat kecil berkaki empat dewasa berkaki dua dan setelah tua berkaki tiga? Punta dewa menjawab, itu adalah manusia, saat kecil manusia belum sanggup berjalan, maka merangkaklah manusia bayi, setelah dewasa manusia sanggup berjalan dengan kedua kakinya dan setelah tua manusia yang mulai bungkuk membutuhkan tongkat untuk penyangga tubuhnya. Sang raksasa lalu menanyakan pada Puntadewa, jika ia dapat menghidupkan satu dari keempat saudaranya yang manakah yang akan di minta untuk dihidupkan? Puntadewa menjawab, Nakula lah yang ia minta untuk dihidupkan karena jika keempatnya meninggal maka yang tersisa adalah seorang putra dari Dewi Kunti, maka sebagai putra sulung dari Dewi Kunti ia meminta Nakula, putra sulung dari Dewi Madrim. Dengan demikian keturuanan Pandu dari Dewi Madrim dan Dewi Kunti tetap ada. Sang Raksasa sangat puas dengan jawaban tersebut lalu menghidupkan keempat pandawa dan lalu berubah menjadi Batara Darma. Puntadewa bisa saja meminta Arjuna atau Bima untuk dihidupkan sebagai saudara kandung namun secara bijaksana ia memilih Nakula. Suatu ajaran yang baik diterapkan dalam kehidupan yaitu keadilan dan tidak pilih kalah bermain dadu, Pandawa harus menerima hukuman menjadi buangan selama 13 tahun. Dan sebelumnya Drupadi pun sempat dilecehkan oleh Dursasana yang berusaha menelanjanginya sampai sampai terucaplah sumpah Dewi Drupadi yang tidak akan mengeramas rambutnya sebelum dicuci oleh darah Dursasana, untunglah Batara Darma menolong Drupadi sehingga ia tidak dapat ditelanjangi. Pada tahun terakhir sebagai buangan, Pandawa menyamar sebagai rakyat biasa di suatu kerajaan bernama Wirata. Disana Puntadewa lalu menjadi ahli politik dan bekerja sebagai penasehat tak resmi raja yang bernama Lurah Dwijakangka. Puntadewa memiliki jimat peninggalan dari Prabu Pandu berupa Payung Kyai Tunggulnaga dan Tombak Kyai Karawelang, Keris Kyai Kopek, dari Prabu Yudistira berupa Sumping prabangayun, dan Sangsangan robyong yang berupa kalung. Jika puntadewa marah dan tangannya menyentuh kalung ini makan seketika itu pulalah, ia dapat berubah menjadi raksasa bernama Brahala atau Dewa Mambang sebesar gunung anakan dan yang dapat meredakannya hanyalah titisan Batara Wisnu yang juga dapat merubah diri menjadi Dewa Amral. Selain itu Puntadewa juga memiliki pusaka bernama Serat Jamus Kalimasada. Kemudian atas bantuan dari Werkudara, adiknya, akhirnya Puntadewa menjadi raja besar setelah mengadakan Sesaji Raja Suya yang dihadiri oleh 100 raja dari mancanegara. Dengan demikian Puntadewa menjadi seorang raja besar yang akan menjadi anutan bagi raja-raja di Perang besar Baratayuda Jayabinangun, Puntadewa menjadi senapati perang pihak pandawa menghadapi raja dari kerajaan Mandraka, Prabu Salya. Puntadewa pun akhirnya behasil membunuh Salya meskipun sebenaranya ia maju kemedan perang dengan berat hati. Saat perang Baratayuda terjadi pun, Puntadewa pernah melakukan tindakan tercela yang mengakibatkan senapati perang Kurawa yang juga gurunya, Dang Hyang Dorna terbunuh. Dikisahkan sebagai berikut, saat para pandawa berhasil membunuh gajah Estitama, seekor gajah milik Astina. Drona yang samar-samar mendengar “….tama mati!” menjadi bigung, mungkin saja Aswatama, putranya telah mati, dan lari menuju pesanggrahan Pandawa, Drona tahu benar siapa yang harus ditanyai, Puntadewa, seorang raja yang selama hidupnya tak pernah berbohong. Saat itu Puntadewa atas anjuran Kresna menyebutkan bahwa Hesti dengan nada lemah dan tama dikeraskan memang telah mati, Drona yang mendengar hal itu menjadi tambah panik karena menurut pendengarannya yang telah kabur, putra tunggalnya telah tewas. Drona pun kemudian tewas oleh Drestajumena yang mamanggal lehernya saat Drona dalam keaadaan ling-lung. Dalam hal ini dapat di petik sebuah pelajaran bahwa dalam hidup ini sebuah kejujuran pun tidak dapat dilakukan secara setengah-setengah, memang Puntadewa tidak pernah berbohong, namun sikap setengah-setengah tersebut pulalah yang mangakibatkan kematian guru besar Astina tersebut. Setelah selesai Baratayuda, Puntadewa menjadi raja di Astina sebentar dengan gelar Prabu Kalimataya. Lalu di gantikan oleh cucu dari Arjuna yang bernama Parikesit dengan gelar Prabu Kresnadwipayana. Setelah tua, Puntadewa lalu memimpin adik-adiknya untuk naik ke Puncak Himalaya untuk mencapai nirwana. Disana satu persatu istri dan adik-adiknya meninggal, lalu hanya ia dan anjingnya lah yang sampai di pintu nirwana, di sana Batara Indra menolak membawa masuk anjing tersebut, namun puntadewa bersikeras membawanya masuk. Lalu setelah perdebatan panjang anjing tersebut berubah menjadi Batara Darma dan ikut ke nirwana bersama Puntadewa. KUTIPAN Wayang Indonesia
Gatotkaca(Dewanagari: घटोत्कच; , IAST: Ghaṭotkaca,) adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata, putra Bimasena (Bima) atau Werkodara dari keluarga Pandawa.Ibunya bernama Hidimbi (Arimbi), berasal dari bangsa rakshasa.Gatotkaca dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra, ia menewaskan banyak sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan
CarilahContoh Contoh Drama Wayang. Ya, ayo, carilah bangku kalau kau dapat! Contoh Naskah Drama - Sebuah drama tentu tidak akan berjalan sempurna apabila
sepertisebuah pertunjukan, drama, acara televisi, dan lain-lain. Peminat dan penggemar dari cerita mitos ini pun sangatlah terbatas, terutama di kalangan anak-anak dan remaja usia 8 - 14 tahun. Salah satu hal yang dapat memancing dan meningkatkan minat anak terhadap cerita pewayangan adalah melalui media game. Menurut sebuah penelitian di
SILABUSDAN SISTEM PENILAIAN 1 Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Sunda Satuan Pendidikan: SMA Kelas/Semester : XII/1 Standar Kompetensi : Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi berbagai wacana lisan berupa dongeng dan percakapan, tembang/ pupuh/ lagu. Kompetensi Dasar Indikator Lingkup Materi Integrasi Nilai Imtaq Pengalaman Belajar

WalaupunBalai Pustaka ini sering menahan atau mengubah naskah-naskah, namun besarlah manfaatnya. MANFAAT BALAI PUSTAKA : a. Memberi kesempatan kepada pengarang-pengarang untuk mengembangkan bakatnya. b. Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk dapat menikmati buku-buku bacaan, sehingga bertambah pengetahuannya serta mengisi waktu senggang.

ofFt.
  • 61n6uilkc0.pages.dev/133
  • 61n6uilkc0.pages.dev/280
  • 61n6uilkc0.pages.dev/256
  • 61n6uilkc0.pages.dev/332
  • 61n6uilkc0.pages.dev/316
  • 61n6uilkc0.pages.dev/126
  • 61n6uilkc0.pages.dev/198
  • 61n6uilkc0.pages.dev/80
  • 61n6uilkc0.pages.dev/33
  • naskah drama pandawa 5 singkat